Rindu itu menjelma menjadi Pelangi

Langit tampak cerah dan bersih tanpa awan, aku mendongak dan terpana dengan keindahannya, terasa begitu tenang dan damai. Angin semilir membelai seluruh tubuhku, seolah menggelitik mengeluarkan kenangan-kenangan yang sangat indah. Tawanya, tatapan matanya, gaya bicaranya, bahasa tubuhnya, dia, kita. mereka, kami dan semua hal lainnya. "Rindu" lirihku.
Semakin aku mengingatnya semakin aku sadar bahwa aku telah menapaki banyak anak tangga hingga aku berada disini. Entah anak tangga ke berapa, entah berapa banyak lagi. Terkadang itu membuatku bersedih, lebih banyak lagi membuatku terharu. Aku sudah melewati banyak hal, aku sudah melewatkannya dan aku sudah melampauinya. Setidaknya itu yang membuat hatiku terasa nano-nano.
" Mungkin aku berhasil melewati banyak hal, mungkin disaat yang sama aku juga telah melewatkan sesuatu dan disaat yang sama mungkin aku juga sudah melampaui sesuatu yang sebelumnya."

Tentu saja, ini tentang garis waktu yang panjang.

Beberapa kali aku merasa diriku tampak menyedihkan, beberapa kali aku merasa aku tak pantas untuk bersedih. Beberapa kali ini membuatku ingin tertawa dan mentertawakan diriku sendiri.

Aku hanya bisa membuang nafasku dengan kasar, agar aku lebih sadar bahwa aku hidup untuk saat ini, kenapa harus melintasi waktu terlalu jauh kebelakang maupun kedepan.

Dan saat aku tersadar akan masa kini, sesuatu menggelitik dalam retina mataku, sesuatu yang basah dan mengalir begitu saja. Ada yang salah dalam jiwaku, seperti seseorang mendekap erat kedua lututnya di sudut ruangan dalam kegelapan. Sangat menyedihkan.

Orang bilang, balas budi terbaik untuk orang-orang yang telah mewarnai kehidupanmu adalah dengan membuat dirimu bahagia.

Apakah aku akan tetap bahagia ketika aku mendengar kata pelangi? ketika aku melihat pelangi?
Sungguh aku merasa Rindu banyak hal. Ketika melihat pelangi aku tak melihat diriku lagi, tapi sekarang ketika aku melihat pelangi aku melihat mereka. "Rindu"

Comments